Iman kepada Qada dan Qadar |
Iman Kepada Qada dan Qadar
Setiap manusia punya jalan hidup masing-masing. Kaya atau miskin, sakit atau sehat, bahagia atau menderita, semua telah ditentukan oleh Allah Swt. Namun, manusia tetap diberi kesempatan oleh Allah Swt. untuk berusaha dan berdoa. Usaha dan doa ini dilakukan dalam rangka ibadah seorang hamba kepada pencipta-Nya. Disamping bernilai ibadah, perbuatan mulia tersebut juga merupakan perintah Allah Swt. agar manusia merubah nasibnya sendiri-sendiri.
Baca juga: Rukun Iman
Antara Qada dan qadar terdapat hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya merupakan ketentuan Allah Swt. bagi makhluk-Nya. Ketentuan Allah Swt. tersebut misalnya, rejeki, jodoh, kematian dan kelahiran. Allah Swt. Mahakuasa atas segala sesuatu, termasuk menentukan baik atau buruknya nasib manusia. Bagi seorang muslim, beriman kepada Qada dan qadar merupakan sebuah kewajiban. Keimanan tersebut akan tercermin dari perilaku sehari-hari.
Baca juga: Iman kepada Allah
Keimanan seseorang kepada Qada dan qadar akan membuahkan ketenangan hidup. Saat mendapat nikmat, ia bisa bersyukur, dan ia bersabar saat mendapat kesusahan. Disamping itu, ia akan jauh dari sifat putus asa. Karena ia yakin bahwa Allah Swt. pasti menghendaki kebaikan bagi hamba-hamba-Nya yang shaleh. Untuk memahami materi iman kepada Qada dan qadar, simaklah uraian artikel berikut ini!
Baca juga: Iman kepada Malaikat Allah
A. Makna Iman Kepada Qada dan Qadar
Allah
Swt. menciptakan makhluknya, termasuk manusia dalam keadaan yang berbeda satu
sama lain. Ada yang berkulit putih dan hitam, ada yang kecil dan besar, dan ada
yang laki-laki dan perempuan . Perbedaan masing-masing individu tersebut
merupakan pemberian Allah Swt. sekaligus merupakan ketentuan Allah Swt.
Baca juga: Iman kepada Kitab Allah
Ketentuan Allah Swt. tersebut disebut Qada dan qadar. Qada berarti kehendak Allah Swt. Pengertian ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali Imran/3 : 47
Baca juga: Iman kepada Rasul Allah
Sedangkan yang dimaksud qadar adalah ukuran yang ditetapkan oleh Allah Swt. Penjelasan ini sesuai firman Allah Swt. dalam Q.S ar-Ra’du /13 : 17
Artinya:
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari
langit, maka mengalirlah ia (air) di lembah-lembah menurut ukurannya …”
Qadar
juga berarti ketetapan Allah Swt. terhadap sesuatu yang telah sampai waktunya.
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan kata “qadar” sering disamakan dengan
kata “takdir”. Takdir merupakan perwujudan dari Qada Allah Swt. Takdir adalah
ketetapan Allah yang pasti terjadi dan tidak bisa dihindari jika waktunya tiba.
Meskipun demikian, manusia tetap diwajibkan oleh Allah Swt. untuk berikhtiar.
Takdir Allah Swt. terlaksana dengan didahului oleh sebab-sebab alamiah yang
bisa diterima akal manusia. Namun harus juga diakui, terkadang kenyataan yang
ada bertolak belakang dengan pemikiran dan prediksi manusia.
Seorang muslim wajib beriman kepada Qada dan qadar, karena merupakan rukun iman keenam. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda:
Beriman kepada Qada dan qadar adalah meyakini sepenuh hati bahwa semua peristiwa di alam semesta ini merupakan kehendak dan ketentuan Allah Swt. Tidak ada seorang pun yang mengetahui Qada dari Allah Swt. Karena Qada sudah ada sejak zaman azali (jaman diciptakannya ruh) dan tertulis di lauhil mahfudz. Seseorang hanya bisa mengetahui takdirnya, karena takdir merupakan peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi pada diri manusia.
B. Dalil tentang Qada dan Qadar
1. Dalil al-Qur’an
Allah Swt. berfiman dalam Q.S al-Qamar/54: 49
Artinya: “Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
Ayat diatas
menegaskan bahwa semua ciptaan Allah Swt. di alam semesta ini memiliki ukuran
(takdir) masing-masing. Pada ayat yang lain, Allah Swt. berfirman dalam
Q.S at-Taubah/9: 51
Ayat diatas
menjelaskan bahwa apa yang menimpa pada diri seseorang, dan apa yang diperoleh
dan dialaminya sudah diatur dan ditetapkan oleh Allah Swt. Baik berupa nikmat
ataupun musibah, berupa keselamatan ataupun bencana, semua terjadi sesuai Qada
dan qadarnya Allah Swt.
2. Dalil Hadis Nabi
Rasulullah Saw. bersabda dalam sebuah hadis
Artinya : “Diriwayatkan dari
Anas bin Malik r.a katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Allah Swt. mengutus Malaikat ke dalam rahim. Malaikat berkata: “Wahai Tuhan! Ia masih berupa air mani.” Setelah beberapa waktu Malaikat berkata lagi: “Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal darah.” Begitu juga setelah berlalu empat puluh hari Malaikat berkata lagi: “Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal daging.” Apabila Allah Swt. membuat keputusan untuk menciptakannya menjadi manusia, maka Malaikat
berkata: “Wahai Tuhan! Orang ini akan
diciptakan lelaki atau perempuan? Celaka atau bahagia? Bagaimana rezekinya? Serta bagaimana pula ajalnya?” Segala-galanya dicatat ketika masih di dalam
kandungan ibunya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis
diatas menjelaskan bahwa rejeki, jenis kelamin, bahagia atau celaka, dan ajal
manusia telah ditentukan oleh Allah sejak manusia
dalam kandungan. Ketika manusia mengalami peristiwa-peristiwa di dunia ini,
berarti peristiwa tersebut merupakan takdir Allah Swt.
C. Macam-macam Takdir
Pada
semua ciptaan Allah Swt. pasti sudah ditentukan takdirnya. Pergantian siang dan
malam misalnya, memiliki ketentuan masing-masing dan berjalan atas takdir dan
kehendak Allah Swt, atau disebut. Meskipun takdir manusia sudah ditentukan dan
ditetapkan oleh Allah Swt., akan tetapi seorang mukmin wajib melakukan usaha
guna mendapatkan hasil terbaik. Pertanyaannya, apakah usaha-usaha yang
dilakukan manusia mampu merubah takdirnya?. Untuk menjawab pertanyaan ini,
simaklah penjelasan dua macam takdir berikut ini :
1. Takdir Mubram
Takdir mubram adalah takdir yang sudah menjadi ketetapan Allah Swt., tidak bisa diubah oleh usaha manusia. Misalnya, seseorang terlahir dengan jenis kelamin laki-laki, maka orang tersebut akan tetap berjenis kelamin laki-laki sampai akhir hayatnya, tidak bisa diubah. Berkaitan dengan takdir mubram, Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Qaf/50: 29 berikut ini
Artinya : “Keputusan-Ku tidak dapat diubah dan Aku
tidak menzalimi hamba-hamba-Ku.”
Pada ayat yang lain, Allah Swt. juga berfirman:
Artinya
: “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu).
Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan
sesaat pun.” (Q.S. al-A’raf/7 : 34)
Ayat di atas menjelaskan bahwa,
apabila ajal seseorang sudah tiba, maka pasti terjadi, tidak ada yang bisa
mengubah takdir tersebut.
2. Takdir Muallaq
Takdir muallaq yaitu takdir Allah Swt. yang bisa diubah dengan ikhtiar manusia. Takdir muallaq ini memiliki kaitan erat dengan ikhtiar atau usaha yang dilakukan oleh manusia. Misalnya, seseorang siswa kelas XI ingin menjadi pengusaha batik. Untuk meraih keinginan tersebut, ia rajin menabung guna mengumpulkan modal. Disamping itu ia tekun mempelajari ilmu manajemen bisnis batik. Tidak hanya itu, ia terus menerus berdoa kepada Allah Swt. agar keinginannya bisa tercapai.
D. Hikmah Beriman Kepada Qada dan Qadar
Beriman
kepada Qada dan qadar akan mendatangkan banyak hikmah, diantaranya sebagai
berikut :
1. Menumbuhkan sikap optimis menghadapi kehidupan
Setiap ujian dan cobaan dari Allah Swt. untuk hamba-hamba-Nya
merupakan bagian dari takdir-Nya. Ujian dan cobaan pasti akan berlalu, diganti
oleh Allah Swt. dengan nikmat yang amat banyak. Dan Allah Swt. pasti menyayangi
hamba-Nya yang mukmin, karena Allah Swt. memiliki sifat ar-Rahman (Maha
Pengasih) pada semua makhluk-Nya.
2. Menjauhkan diri dari sifat takabbur (sombong)
Kesuksesan yang diraih oleh seseorang bukan semata-mata merupakan
hasil jerih payahnya sendiri, namun atas pertolongan dan kehendak Allah Swt.
Dengan demikian akan tumbuh sifat rendah hati dan jauh dari sifat membanggakan
diri sendiri.
3. Membiasakan diri bersikap sabar
Orang mukmin akan bersikap sabar atas kegagalan yang dialami.
Kegagalan yang dialami merupakan kehendak Allah Swt., dan pasti Allah
menghendaki kebaikan bagi hamba-hamba-Nya.
4. Memunculkan rasa syukur
Setiap
nikmat yang diterima, baik besar ataupun kecil, akan tetap disyukuri karena
semua itu merupakan pemberian Allah Swt.
Bahkan dalam kondisi kekurangan pun akan tetap muncul rasa syukur atas
keadaan tersebut.
5. Meningkatkan semangat bekerja keras
Allah Swt. tidak akan mengubah nasib seseorang sebelum orang
tersebut mengubah nasibnya sendiri dengan bekerja sekuat tenaga. Hal ini
terkait dengan takdir muallaq yang bisa diubah oleh manusia dengan cara bekerja
keras dan berdoa.
6. Melatih diri untuk
bertawakkal kepada Allah Swt.
Seseorang yang beriman kepada Qada dan qadar akan terlatih bersikap
tawakkal. Sikap tawakkal ini mucul
setelah berusaha maksimal untuk meraih sesuatu yang terbaik.
E. Menerapkan sikap optimis, ikhtiar dan
tawakkal sebagai cerminan iman kepada qada dan qadar
1. Menerapkan sikap optimis
Keimanan
kepada Qada dan qadar akan membuat seseorang selalu optimis dalam menghadapi
permasalahan hidup. Seseorang yang bersikap optimis akan selalu memiliki
pandangan positif dalam menghadapi semua permasalahan. Sikap optimis akan
menumbuhkan harapan-harapan yang sifatnya baik. Jika suatu ketika mengalami
kegagalan, ia akan tetap semangat untuk berusaha lagi. Dan apabila usahanya
yang kedua tersebut masih gagal, ia pantang menyerah. Ia tidak merasa lemah
karena dua kali gagal, tetapi terus menerus berusaha.
Setiap cobaan hidup, baik berat atau ringan
dihadapi dengan optimis, dan semangat pantang menyerah. Ia bersungguh-sungguh
mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi. Jalan keluar
tersebut diyakini merupakan bentuk pertolongan dari Allah Swt. Sikap seperti
ini akan menjauhkan dirinya dari sikap pesimis atau putus asa.
2. Ikhtiar
Ikhtiar
artinya berusaha sungguh-sungguh untuk meraih keinginan disertai doa. Proses
ikhtiar harus dilandasi dengan ilmu yang memadai. Apabila sebuah ikhtiar tidak
dilandasi dengan ilmu maka akan mengalami kegagalan. Sebagi ilustrasi misalnya,
seseorang yang sedang sakit, wajib hukumnya untuk ikhtiar dan berdoa agar
disembuhkan oleh Allah Swt. Untuk mengobati penyakitnya tersebut, dibutuhkan
ilmu medis atau ilmu kedokteran. Jika ia tidak memiliki ilmu tersebut, maka
bisa bertanya kepada ahlinya, yakni ahli medis atau dokter.
Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa ikhtiar, doa, dan ilmu selalu berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, seseorang yang beriman kepada Qada dan qadar akan senantiasa berikhtiar, berdoa, dan melandasinya dengan ilmu agar dapat menyelesaikan masalah. Berkaitan dengan pentingnya ikhtiar, Allah SWT berfirman:
Ayat diatas menegaskan pentingnya ikhtiar untuk mengubah keadaan diri sendiri. Allah Swt. telah membekali manuia dengan akal, tenaga, serta ilmu untuk berikhtiar mengubah keadaan. Setelah ikhtiar secara maksimal, hasil akhirnya dipasrahkan kepada Allah Swt (tawakkal).
3. Tawakkal
Tawakkal
artinya menyerahkan hasil akhir sebuah usaha kepada Allah Swt. Tawakkal dilakukan setelah berusaha sekuat
tenaga, mengerahkan semua kemampuan maksimal untuk meraih sesuatu. Adalah sikap
yang keliru, apabila seseorang langsung bertawakkal, tanpa melakukan ikhtiar.
Sikap ini sama dengan paham fatalisme (paham jabbariyah). Menurut paham
fatalisme, manusia sama sekali tidak punya kemampuan untuk berbuat apa-apa,
karena semua takdirnya sudah ditetapkan Allah Swt. tanpa bisa diubah lagi.
Sebaliknya, ada paham qadariyah yang meyakini bahwa manusia memiliki kebebasan
dalam menentukan nasibnya. Mereka memiliki kekuatan sendiri untuk mewujudkan
perbuatan-perbuatannya. Diantara penganut paham qadariyah, ada yang sangat
ekstrim sampai tidak meyakini adanya Qada (ketentuan Allah Swt. sejak zaman
azali).
0 Response to "Iman kepada Qada dan Qadar"
Posting Komentar