Strategi Dakwah Rasulullah Saw di Makkah
Strategi Dakwah Rasulullah Saw di Makkah |
Strategi Dakwah Rasulullah Saw di Makkah
Islam adalah agama dakwah. Mengapa demikian? Hal ini karena islam menyuruh kepada setiap umatnya untuk senantiasa menyeru kepada kebaikan, mengajak pada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Setelah Rasulullah menerima wahyu pertamanya di Gua Hira, maka sejak itulah beliau diangkat seebagai Rasul. Dengan kehadirannya, diharapkan akan membawa perubahan besar, khususnya pada Bagsa Arab dan bangsa-bangsa lain diseluruh dunia pada umumnya.
Baca juga: Dakwah Islam
Namun disisi lain, saat Rasullullah hadir, Bangsa Arab sudah mempunyai karakteristik yang unik dalam hal peradabannya dengan berbagai budaya. Dakwah Rasulullah di Makkah yang berlangsung selama 13 tahun, dimana wilayah Makkah sangatlah kurang kondusif untuk mengambangkan dakwahnya. Oleh karenanya dibutuhkan strategi yang bijaksana dan efektif. Apalagi pada 10 tahun pertama dakwah Rasulullah di Makkah ini belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Hal ini terlihat dari jumlah pemeluk umat islam yang sangatlah sedikit dengan berbagai acaman dari berbagai pihak. Apalagi dakwah periode Makkah ini sangatlah menekankan pada eskatologis atau keTuhanan, karena memang masyarakat Arab saat itu masih menyembah berhala-berhala.
Baca juga: Tujuan Dakwah
Melihat kondisi ini, maka Rasulullah membuat strategi-strategi dalam menjalankan misi dakwahnya dengan strategi yang cerdas dan penuh kesabaran. Sebelum mengetahui sejauh mana strategi dakwah yang dilakukan Rasulullah, dalam Artikel ini terlebih dahulu kita bahas perjalanan dakwah Rasul di Makkah berikut.
Periode Dakwah Rasulullah di Makkah
Masyarakat Arab sebelum tersentuh dakwah yang dilakukan Rasulullah, mereka sudah mempunyai tradisi yang mengakar dalam kehidupan, misalnya dalam hal kepercayaan, sosial, ekonomi, politik, dan peradaban sehingga dakwah yang dilakukan Rasulullah memerlukan strategi yang baik. Rasulullah mengatur strategi dengan mempersiapkan, mengatur dan merancang metode, taktik, kecerdasan, tindakan yang tepat yang dirumuskan dalam kegiatan dakwah untuk mencapai tujuan dakwah secara optimal.
Baca juga: Macam-macam Dakwah
Pada periode Makkah ini, Rasulullah melakukan dakwah dengan tiga tahapan, yaitu tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi yang dilakukan kurang lebih tiga tahun, tahapan dakwah secra terang-terangnan yang dilakukan kurang lebih tujuh tahun, dan yang ketiga adalah tahapan dakwah diluar kota Makkah yang dimulai pada tahun kesepuluh kenabian hingga hijrah ke Madinah.
Baca juga: Strategi Dakwah Rasulullah Saw di Madinah
1.
Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Tahap ini sering disebut sebagai periode "Dakwah Sirriyah" atau dakwah rahasia. Ini terjadi sebelum Allah menurunkan wahyu untuk menyebarkan Islam secara terang-terangan. Selama periode dakwah rahasia ini, Nabi Muhammad memilih individu-individu yang memiliki potensi untuk mendukung penyebaran Islam di masa depan.
Pada tahapan ini, Rasulullah mengawali dengan berdakwah kepada orang-orang terdekat, anggota keluarga, dan sahabat-sahabat karibnya. Rasulullah mengajak kepada agama islam kepada oang dekat yang sudah dikenal dengan baik dan mereka mengenal Rasullullah dengan baik pula. Yaitu orang-orang yang mencitai kebenaran dan kebaikan, mengenal kejujuran dan kelurusan sehingga langsung memenuhi seruannya dengan baik, yang dalam sejarah islam disebut dengan “as-sabiquun al-awwaluun”. Dalam hal ini, artinya islam masih terbatas hanya lingkungan keluarga Rasulullah Saw. Ada beberapa alasan mengapa Nabi Muhammad memulai dakwah ini secara sembunyi-sembunyi:
a.
Perlindungan dari Persekusi
Pada awalnya, pengikut Islam adalah minoritas
kecil di Mekah, dan kaum Quraisy adalah suku terkuat di kota tersebut yang memusuhi
mereka. Rasulullah dan pengikutnya dihadapkan pada ancaman dan kekerasan,
sehingga mereka melakukan dakwah secara rahasia untuk melindungi diri mereka
sendiri.
b.
Pembelajaran dan Persiapan
Dakwah rahasia memungkinkan Rasulullah untuk
memberikan pelajaran dasar tentang Islam kepada para pengikutnya, memperkuat
keyakinan mereka, dan mempersiapkan mereka untuk tugas-tugas yang lebih besar
di masa depan.
c.
Membangun Fondasi Kepercayaan
Dakwah rahasia dimaksudkan Rasulullah untuk
membangun hubungan pribadi yang kuat dengan para pengikutnya. Ini membantu
dalam memperkuat kepercayaan mereka terhadap ajaran Islam dan kepemimpinan Rasulullah.
2.
Dakwah secara terang-terangan
Setelah kurang lebih tiga tahun Rasul berdakwah secara sembunyi-sembunyi, Allah memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan, dan Islam mulai berkembang secara lebih luas. Dakwah secara terbuka memungkinkan pesan Islam untuk mencapai lebih banyak orang, dan akhirnya, Islam menjadi agama yang berkembang pesat.
Dakwah Rasulullah secara terang-terangan adalah tahap berikutnya dalam penyebaran Islam setelah periode dakwah rahasia (Dakwah Sirriyah). Dakwah terang-terangan terjadi setelah Nabi Muhammad menerima perintah dari Allah untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat secara terbuka. Dakwah ini dicirikan oleh penyampaian pesan Islam kepada publik secara luas, termasuk kepada orang-orang yang belum mengenal Islam sebelumnya. Beberapa aspek penting dari dakwah terang-terangan meliputi:
1)
Khutbah dan Ceramah
Nabi Muhammad mulai memberikan khutbah dan
ceramah di tempat-tempat umum seperti Masjid al-Haram di Mekah. Dia
menyampaikan pesan-pesan agama Islam kepada banyak orang yang berkumpul di
tempat-tempat ini.
2)
Penyebaran Pesan Islam
Nabi Muhammad dan para sahabatnya mulai
mengunjungi dan berbicara dengan berbagai kelompok dan suku di Mekah dan
sekitarnya. Mereka menjelaskan konsep-konsep Islam, moralitas, tauhid
(kepercayaan kepada satu Allah), akhirat, dan etika kepada masyarakat.
3)
Menantang Otoritas Tradisional
Dakwah terang-terangan sering kali menantang
otoritas dan tatanan sosial tradisional di Mekah, yang didasarkan pada
kepercayaan berhala dan praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Ini menyebabkan perlawanan dan perlawanan dari pihak yang tidak setuju dengan
Islam.
4)
Konfrontasi dengan Kaum Quraisy
Dakwah terang-terangan juga berarti konfrontasi
langsung dengan kaum Quraisy, suku yang mengendalikan Mekah dan sangat
menentang Islam. Ini mengakibatkan peningkatan persekusi dan tekanan terhadap
Nabi Muhammad dan pengikutnya.
5)
Penerimaan dan Pertumbuhan
Meskipun menghadapi tantangan besar, dakwah
terang-terangan membawa beberapa individu dan kelompok untuk menerima Islam.
Dengan berjalannya waktu, jumlah pengikut Islam bertambah banyak, dan pesan
Islam menjadi lebih mendalam dan tersebar luas.
Dakwah terang-terangan adalah langkah penting
dalam penyebaran agama Islam, yang pada akhirnya mengubah lanskap religius dan
sosial di Jazirah Arab dan di seluruh dunia. Perjalanan dakwah Rasul secara
terang-terangan dijabarkan menjadi point-point berikut:
a.
Hijrah ke Habasyah yang pertama
Gangguan yang berat terhadap kaum muslimin yang
dilakukan kaum musyrikin yang memuncak pada pertengahan tahun ke 5 keNabian
mengisyaratan kepada mereka untuk hijrah demi menyelamatkan diri dari siksaan
yang hebat tersebut. Rasulullah hirah ke Habasyah karena Rasul mengetahui bahwa
Raja Habasyah adalah seorang raja yang adil dan tak seorangpun disampingnya
didzalimi. Oleh karena itu, Rasul memerintahkan kepada kaum muslimin untuk
berhijrah ke Habasyah guna menyelamatkan agama mereka dari fitnah. Maka berangkatlah
kaum muslimin pada bulan Rajab tahun kelima dari keNabian yang terdiri dari 12
orang laki-laki dan 4 wanita yang dipimpin oleh Utsman bin Affan dan dengan
didampingi istrinya. Keberangkatan itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi,
ditengah kegelapan malam tanpa diketahui oleh kaum Quraisy. Dan Pada pertengahan bulan Syawal tahun ke 5
keNabian, sebagian mereka kembali pulang ke Makkah setelah kurang lebih 3 bulan
menetap di Habasyah
b.
Masuk islamnya Hamzah bin Abdul
Muthalib dan Umar bin Khattab
Dipenghujung tahun ke 6 setelah keNabian,
tepatnya pada bulan Dzul Hijjah, Hamzah
bin Abdul Muthalib (paman Rasulullah) dan Umar bin Khattab masuk islam. Keislaman keduanya bukanlah sesuatu yang
dianggap remah, karena beliau berdua adalah orang yang perkasa dan terpandang
hingga disegani dikalangan kaum Quraisy
saat itu. Mereka berdua mengabdi kepada agama islam dan tidak merelakan bila
selama ini kaum muslimin menyembunyikan keislamannya. Hal inilah yang dapat menggugah
keberanian kaum muslimin untuk melaksanakan shalat di Ka’bah.
c.
Pemboikotan terhadap keluarga
Rasulullah
Orang-orang musyrik berkumpul di kediaman Bani
Kinanah yang terletak di lembah Al Mahsib dan bersumpah untuk tidak menikahi
Bani Hasyim dan Bani Muthalib, tidak menjalin perdagangan, tidak berkumpul,
berbaur, memasuki rumah, ataupun berbicara sebelum kaum muslimin menyerahkan
Rasulullah kepada mereka untuk dibunuh. Kesepakatan boikot tersebut ditulis
diatas sebuah lembaran yang isinya berupa perjanjian dan sumpah. Pemboiotan
diperkuat lagi dengan diputusnya pasokan air dan cadangan lainnya. Dalam
keadaan yang sulit ini, kaum muslimin terpaksa memakan dedaunan dan kulit
binatang. Pemboikotan ini berlangsug selama dua atau tiga tahun penuh.
d.
Hijrah ke Habasyah yang kedua
Rasulullah tidak meihat cara lain selain
berhijrah lagi ke Habasyah. Jumalah kaum muslimin yang berhijrah berjumlah 83
orang laki-laki dan 18/19 wanita. Kedatangan umat islam yang kedua ini tetap
mendapatkan sambutan hangat dari Raja Najasyi. Ia memberikan kebebasan bagi
kaum muslimin untuk beribadah dan memberikan kebebasan bag kaum muslimin untuk
menetap di Habsyah selamanya atau tidak. Kebaikan sang raja membawa murka kaum
kafir Quraisy Makkah sehingga mereka mengirim ‘Amr bin Ash dan Abdullah bin
Rabi’ah untuk melakukan diplomasi politik agar mengembalikan kaum muslimin
kembali ke Makkah. Namun, usaha ini gagal karena Raja Najasyi tidak bersedia
dan memilih untuk berpihak pada kaum muslimin.
3.
Dakwah pada akhir tahun kesepuluh
hingga hijrah ke Madinah
Pada tahun ke 10 kenabian, umat islam dirundung duka karena orang yang dicintainya meninggal dunia, yaitu Abu Thalib dan Siti Khadijah. Pada bulan Syawal, Rasul hijarah ke Thaif dengan harapan mendapat perlindungan dari keluarganya yang berada di kota tersebut. Namun, mereka tidak memberikan perlidungan dan bantuan apapun, sehingga Rasul kembali ke kota Makkah.
Pada tahun ke 11 keNabian, Rasul bertemu dengan rombongan 6 orang pemuda dari suku Khazraj untuk berdakwah. Berlanjut pada tahun ke 12 setelah kenabian, Rasul menemui rombongan haji yang datang dari Yatsrib (Madinah) yang berjumlah 12 orang yang menyambut dakwah Rasul dengan baik. Ini terjadi tepatnya di bukit AQabah, salah satu bukit yang berada di kota Makkah. Disinilah terjadinya perjanjian Aqabah dan tercapainya kesepakatan untuk membantu Rasulullah dalam menyebarkan islam, selanjutnya disebut dengan “perjanjian AQabah 1”.
Pada musim haji tahun ke 13 setelah kenabian, hampir 70 orang Madinah datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Nabi. Pada pertemuan inilah terjadi perjanjian yang menghasilkan kesepakatan antara kedua belah pihak dan berkumpul di kegelapan malam di lembah yang terletak disamping Aqabah, sehingga perjanjian ini dikenal dengan “perjanjian Aqabah II” atau Baiat al Aqabah al Kubra. Isi dari perjanjian ini adalah:
a.
taat kepada Allah dalam keadaan
senggang maupun sibuk
b.
berinfak pada waktu kaya maupun
miskin
c.
selalu menegakkan amar ma’ruf nahi
munkar
d.
berjuang dijalan Allah dengan tegar
dan siap menghadapi celaan dari siapapun
e.
menolong dan melindungi Rasulullah
sebagaimana melindungi diri sendiri, anak dan istri.
Dari perjanjian inilah dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah dapat
menyebar keberbagai belahan dunia. Dan inilah tonggak keberhasilan dakwah yang
dilakukan Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya hingga sekarang ini.
Dari semua paparan perjalanan dakwah yang dilakukan Rasulullah, maka kita dapat mengetahui bahwa ada strategi-strategi yang ampuh dalam dakwah Rasul, diantaranya adalah:
1.
Berdakwah dengan Akhlak Mulia
Berdakwah
dengan akhlak mulia adalah konsep dalam Islam yang menekankan pentingnya
menyebarkan ajaran agama melalui perilaku yang baik, bermartabat, dan beretika
tinggi. Akhlak dalam konteks ini mengacu pada tindakan dan perilaku yang
mencerminkan nilai-nilai moral dan etika yang tinggi sesuai dengan ajaran
Islam. Dengan perilaku dan praktek yang mencerminkan nilai-nilai moral dan
etika yang tinggi, Anda dapat lebih efektif dalam menyebarkan ajaran Islam dan
membantu orang lain mendekati agama dengan sikap positif. Pendekatan ini
memiliki beberapa makna, yaitu:
a.
Menjadi Teladan
Berdakwah dengan akhlak mulia berarti menjadi
contoh yang baik dalam praktek agama. Ini mencakup menjalani hidup sehari-hari
sesuai dengan ajaran Islam, sehingga orang lain dapat melihat contoh yang
positif dalam diri Anda.
b.
Menerapkan Etika dalam Interaksi
Saat berdakwah, penting untuk berinteraksi
dengan orang lain dengan sopan santun, kerendahan hati, dan rasa hormat. Ini
menciptakan hubungan yang positif dan membantu orang lain merasa nyaman
mendekati ajaran Islam.
c.
Memberikan Bantuan dan Kepedulian
Berdakwah dengan akhlak mulia juga mencakup
memberikan bantuan dan kepedulian kepada mereka yang membutuhkannya. Ini
mencerminkan nilai-nilai kasih sayang, solidaritas, dan kepedulian yang
diajarkan dalam agama Islam.
d.
Kesetiaan terhadap Nilai-nilai Islam
Berdakwah dengan akhlak mulia juga melibatkan
kesetiaan terhadap nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan, termasuk
dalam pekerjaan, bisnis, dan interaksi sosial. Ini menunjukkan keseriusan dan
integritas dalam berpraktek.
e.
Kesabaran dan Keterbukaan
Berdakwah dengan akhlak mulia mencakup
kesabaran dalam berinteraksi dengan orang lain yang mungkin memiliki pandangan
atau keyakinan yang berbeda. Anda harus terbuka untuk mendengarkan dan
menghargai perspektif mereka.
f.
Memahami Kepentingan Individu
Saat berdakwah, perlu memahami kebutuhan dan
kepentingan individu. Ini membantu dalam menyampaikan pesan agama dengan cara
yang relevan dan bermanfaat bagi mereka..
2.
Berdakwah dengan Kesabaran dan
Ketabahan
Berdakwah dengan kesabaran dan ketabahan adalah
menyebarkan ajaran agama, terutama dalam konteks Islam, yang menekankan
pentingnya bersabar dan tabah selama proses dakwah. Dengan berdakwah dengan
kesabaran dan ketabahan, Anda dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan
orang lain, mengatasi rintangan dengan bijak, dan memberikan kesempatan kepada
mereka untuk memahami dan menerima ajaran agama Anda. Ini adalah pendekatan
yang berfokus pada kesabaran jangka panjang dan ketabahan dalam menghadapi
berbagai situasi yang mungkin timbul selama proses dakwah.
Hal ini memiliki beberapa makna, di antaranya:
a.
Menjelaskan Ajaran dengan Sabar
Berdakwah dengan kesabaran berarti menjelaskan
ajaran agama secara sabar dan teliti kepada orang-orang yang mungkin tidak
memiliki pemahaman yang mendalam tentang Islam. Ini bisa melibatkan memberikan
penjelasan yang rinci dan mendalam mengenai keyakinan, ibadah, dan
praktek-praktek agama.
b.
Menghadapi Tantangan dengan Tabah
Ketika berdakwah, seringkali akan dihadapi
tantangan, pertanyaan kritis, atau bahkan ketidaksetujuan dari orang lain.
Berdakwah dengan ketabahan berarti tetap teguh dalam keyakinan dan komitmen
Anda terhadap ajaran Islam, bahkan dalam menghadapi tantangan dan kritik.
c.
Memberi Ruang untuk Pertanyaan
Ketika berdakwah, penting untuk memberikan
kesempatan bagi orang lain untuk mengajukan pertanyaan atau memahami ajaran
dengan lebih baik. Ini memerlukan kesabaran dalam menjawab pertanyaan mereka
dengan penuh pengertian dan tanpa menghakimi.
d.
Menerima Kebijakan dengan Ketabahan
Berdakwah dengan ketabahan juga mencakup
menerima kenyataan bahwa tidak semua orang akan menerima atau mengikuti ajaran
agama Anda. Hal ini tidak boleh membuat Anda kehilangan semangat atau berhenti
berdakwah, tetapi sebaliknya, Anda harus tetap tabah dalam upaya Anda.
e.
Memahami Proses yang Panjang
Berdakwah seringkali adalah proses yang panjang
dan memerlukan kesabaran. Mungkin diperlukan waktu bagi seseorang untuk
benar-benar memahami dan menerima ajaran agama. Oleh karena itu, Anda perlu
bersiap untuk menghadapi perjalanan yang mungkin memerlukan waktu
bertahun-tahun.
f.
Menjadi Contoh yang Baik
Sebagai seorang pendakwah, Anda juga harus
menunjukkan ketabahan dalam perilaku dan praktek Anda sehari-hari, sehingga
orang lain dapat melihat teladan yang baik dalam hidup Anda.
3.
Berdakwah dengan Hikmah
Berdakwah dengan hikmah adalah menyampaikan
ajaran Islam kepada orang lain dengan bijak, bijaksana, dan penuh hikmah.
Tujuan utamanya adalah membantu orang lain memahami ajaran Islam, menginspirasi
mereka untuk mendekati agama dengan baik, dan menciptakan hubungan yang positif
dengan masyarakat sekitar. Ini adalah pendekatan yang mendukung dialog dan
pengertian antarindividu yang berbeda. Penting untuk melakukannya dengan penuh
hikmah, artinya:
a.
Penyampaian yang Bijaksana
Ketika berdakwah dengan hikmah, seseorang harus
memilih kata-kata dan cara penyampaian yang bijaksana, sehingga pesan yang
disampaikan dapat dipahami dengan baik dan tidak menyinggung perasaan orang
lain.
b.
Kesabaran
Berdakwah dengan hikmah mengharuskan kesabaran
dalam berinteraksi dengan orang-orang yang mungkin tidak sepaham dengan
pandangan atau keyakinan agama. Kesabaran dalam menjelaskan ajaran Islam dan
memberikan ruang kepada orang lain untuk bertanya dan berdiskusi.
c.
Memahami Pendengar
Penting untuk memahami latar belakang,
kebutuhan, dan ketertarikan pendengar. Dengan pemahaman ini, seseorang dapat
menyampaikan pesan yang relevan dan berdampak positif.
d.
Menghormati Perbedaan
Berdakwah dengan hikmah juga melibatkan
penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan keyakinan agama. Ini berarti
menghormati hak setiap individu untuk memiliki pandangan dan keyakinan mereka
sendiri.
e.
Menunjukkan Teladan
Seorang dai atau pendakwah yang berdakwah
dengan hikmah harus berusaha untuk menjadi teladan dalam praktek dan perilaku
agama Islam. Hal ini akan memperkuat pesan yang disampaikan.
f.
Toleransi
Berdakwah dengan hikmah juga berarti bersikap toleran terhadap orang-orang dari latar belakang dan keyakinan yang berbeda. Ini menciptakan lingkungan yang lebih inklusif untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan agama.
0 Response to "Strategi Dakwah Rasulullah Saw di Makkah"
Posting Komentar