Bersyukur atas Nikmat Allah |
Mensyukuri Nikmat Allah dari Pemberian-Nya
Semua manusia tentunya akan selalu berusaha untuk mempertahankan eksistensinya, dimana ia akan berusaha mempertahankan dan memperoleh apa yang menjadi ekspektasinya. Diantara bentuk menifestasinya adalah keinginan memiliki harta benda yang berlimpah, rupa yang indah, mencintai kedudukan, jabatan, kekuasaan, dan sebagainya. Hal ini tentunya menumbuhkan semangat utuk mencapainya yang mengarah pada tujuannya, yaitu kebahagiaan hidup. Ayolah kita ulas apa hakikat kebahagiaan sejati yang hanya terletak pada satu kata, yaitu “bersyukur”.
Baca juga: Doa Syukur Nikmat
Apa itu bersyukur?
Berbicara syukur, tentunya terkait dengan kebahagiaan manusia baik
jiwa dan raga dalam mengarungi kehidupannya. Banyak diantara kita yang menganggap
bahwa mempunyai kekayaan yang banyak, rumah mewah, kendaraan yang bagus, investasi,
dan bahkan penghasilan yang berlimpah akan selalu merasa bahagia dan jiwanya
tumbuh rasa syukur. Namun, sebenarnya tidaklah selalu begitu. Ternyata semua
itu hanyalah fatamorgana, semuanya adalah kebahagiaan semu. Bagaimana tidak?
faktanya, tidak semua orang yang kaya dan berlimpah materi hatinya merasa
bersyukur dan merasa bahagia. Kabahagiaan dan rasa syukur terletak di hati dan
jiwa manusia. Karena kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa. Walaupun
sebagian orang dengan keadaan demikian merasa bahagia dan bersyukur, namun tak
sedikit pula yang merasakan kegundahan dan kegelisahan. Bahkan ia merasa bosan
hidup atau bahkan melakukan tindakan ekstrem dengan bunuh diri.
Baca juga: Sujud Syukur
Dalam sejarah juga ditunjukkan bagaimana Abu Lahab yang membelanjakan kekayaannya untuk menghambat laju dakwah Rasulullah Saw. Ternyata kelimpahan hartanya tak dapat menghantarkannya pada kebahagiaan hidup di dunia, apalagi di akhirat kelak. Hatinya selalu tumbuh sifat hasad, kebencian terhadap agama Allah. Dimana letak kebahagiaan yang ia dapat kalau didalam hatinya tumbuh kemarahan dan hatinya sakit?
Apa hakikat nikmat?
Nikmat adalah anugerah Allah yang merupakan bagian dari bentuk
kasih sayangNya terhadap hamba-hambaNya. Menurut kamus Hans Wehr nikmat
mempunyai beberapa arti, yaitu:
v benefit (kebaikan, manfaat, dan
kepentingan)
v blessing (berkah, untung)
v boon (anugerah, hikmah, dan keuntungan)
v kindness (kebaikan jasa)
v grace (berkah, rahmat)
v favour (kemurahan hati, hadiah, tanda mata)
Baca juga: Nikmat Mana Lagi yang Kau Dustakan?
Nikmat dapat berwujud material (harta benda) maupun immaterial, (nama
baik, kedudukan, dan bahkan keleluasaan dalam beribadah). Namun, harta, kesenangan
dan kenyamanan seseorang tanpa disertai nikmat agama, maka tidak akan berarti
apa-apa. Dan sebaliknya kenikmatan agama dapat meringankan berbagai beban hidup.
Meskipun kenikmatan jiwa sebagian membutuhkan materi, namun bagi sebagian
orang, materi sekadar cukup tak berlebih menumbuhkan hati yang tenteram,
gembira, dan merasakan ketenangan. Oleh karenanya, nikmat Allah sangatlah luas
hingga tak dapat kita hitung dan bahkan kita akumulasi dengan materi.
Baca juga: Cara Mensyukuri Nikmat Allah
Setiap apapun yang dicari manusia adalah nikmat. Nikmat
menghasilkan suatu kondisi yang menyenangkan dan tidak mengakibatkan hal-hal
yang negatif. Berikut penggolongan nikmat, yaitu:
1. Nikmat Mutlak
Nikmat mutlak adalah nikmat yang mengantarkan
kepada kebahagiaan yang abadi, yaitu
nikmat iman, islam, dan sunnah. Allah Swt. memerintahkan manusia untuk
memintanya dalam shalat, yaitu jalan kebenaran sebagaimana para Nabi, para
pecinta kebenaran, dan orang-orang shaleh.
2. Nikmat Nisbi
Nikmat ini berupa kekayaan, kesehatan, kehormatan, pasangan hidup, anak-anak, dan sebagainya. Nikmat ini bisa juga berupa istidraj bagi orang kafir agar terjerumus pada azab Allah yang lebih pedih, sehingga ini merupakan kenikmatan nisbi. Bagi orang yang beriman, kenikmatan adalah ujian, dimana Allah Swt. akan menumbuhkan kebaikan dalam hatinya sehingga menambah ketaatan kepada Allah Swt., dan tumbuhlah jiwa penolong terhadap sesama serta menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan perintah Allah Swt.
Tahukah anda jika kebahagiaan itu akan diperoleh hanya dengan bersyukur? Apapun nikmat yang diberikan Allah harus kita syukuri, karena janji Allah itu pasti bahwa siapa yang bersyukur, maka Allah akan menambah nikmat-Nya, dan barangsiapa mengingkari nikmat Allah (kufur) maka azab Allah sangatlah pedih, sebagaimana frman-Nya dalam Q.S. Ibrahim/14: 7 berikut:
وَاِذْ
تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ
اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧
Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (Q.S.
Ibrahim/14: 7)
Ketika harta yang melimpah dengan segala fasilitasnya dibelanjakan
dijalan kebaikan yang mengundang cinta dan ridha Allah, berbagi pada orang lain
yang membutuhkan, berjuang untuk agama Allah, maka disitulah kebahagiaan dan
wujud syukur terealisasi. Maka pantaslah kalau kita mengutip perkataan Ahmad
bin Abdurrahman bin Qudamah al Maqdisy yang menyatakan bahwa makna bersyukur
adalah mempergunakan nikmat untuk mentaati Allah, yang merupakan salah satu
kesempurnaan hikmah penciptaan-Nya. Jadi hakikat syukur terletak pada hati
sanubari manusia bukan pada kapasitas materi yang nisbi yang berlebih.
Itulah gambaran tentang mensyukuri nikmat Allah Swt. Semoga kita sebagai umat muslim mampu menata hati kita dengan hiasan sifat qana’ah dengan sekuat tenaga tanpa mengesampingkan usaha secara maksimal,sehingga kita menjadi orang yang beruntung dunia dan akhirat.
0 Response to "Bersyukur atas Nikmat Allah"
Posting Komentar