Tawuran Antar Pelajar

Tawuran Antar Pelajar
Tawuran Antar Pelajar

Tawuran Antar Pelajar

Tahukah anda, bahwa hampir setiap minggu atau bahkan hari kita sering mendengar atau melihat  berita tentang tawuran yang berakhir tragis, bahkan sampai terlibat dalam tindak pidana? Bagaimanakah tanggapan anda tentang hal tersebut? Tergugahkah hati anda untuk tidak bertindak seperti ini? atau bahkan demi terlihat power, kalian bertindak seperti itu? Marilah anda telusuri materi ini untuk menemukan pengetahuan anda tentang tawuran, agar anda mampu mempertimbangkan serta mengetahui berbagai konsekuensi dari setiap yang anda lakukan.

Baca juga: Anti Tawuran

Pengertian Tawuran antar Pelajar


Tawuran antar pelajar adalah suatu tindakan kekerasan yang dilakukan oleh suatu kelompok pelajar dengan kelompok pelajar lain, dimana mereka berusaha untuk menyingkirkan pihak lawan dengan membuat mereka tidak berdaya. Tawuran antar pelajar mengandung pengertian perkelahian massal atau perkelahian yang dilakukan secara beramai-ramai antar kelompok pelajar dengan sekelompok pelajar lainnya.


Baca juga: Cara Mengatasi Tawuran antar Pelajar

Secara historis, tawuran antar pelajar tidak diketahui secara pasti kemunculannya, namun yang jelas siapapun yang pernah menyandang status palajar mungkin pernah mengalaminya, terlibat didalamnya, atau minimal mendengarnya. Awal mula munculnya tawuran jika dilihat dari peristiwanya adalah pemberitaan dari media massa pada tahun 1960-an. Media massa yang memberitakannya adalah KOMPAS edisi 29 Juni 1968 yang memuat artikel tawuran dengan judul “Bentrokan Pelajar Berdarah”. Rentang waktu yang panjang ini seharusnya memang dapat ditemukan solusinya, namun berbagai upaya telah dilakukan pihak terkait untuk antisipasi dan menghilangkan tak kunjung berhasil sehigga fenomena ini terus berlangsung hingga saat ini.

Baca juga: Dampak Tawuran antar Pelajar

Tawuran antar pelajar adalah salah satu jenis kenakalan remaja yang menunjuk pada suatu bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma hidup di dalam masyarakat. Remaja yang nakal disebut juga sebagai anak cacat sosial. Kecacatan ini disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah-tengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Mengapa seringkali para pelajar yang cenderung nakal? Marilah kita cari tahu siapa itu pelajar.   

Siapa  Pelajar itu?


Pelajar adalah remaja dimana merupakan suatu tahapan pertumbuhan dan perkembangan dalam siklus hidup manusia. Tahapan ini dimulai dengan membangun jati diri untuk menunjukkan eksistensinya, memiliki kehendak yang bebas, memegang teguh prinsip, dan mengembangkan kapasitasnya. Oleh karenanya, ia cenderung mempergunakan seluruh waktunya untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, mempunyai dorongan pergaulan yang sangat dinamis sehingga mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya.


Baca juga: Penyebab Tawuran antar Pelajar


Masa remaja adalah tahapan perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa, yaitu antara umur 13 hingga 18-20 tahun. Pada masa ini terjadi perubahan pesat, baik secara jasmani atau fisik maupun mental, emosional, dan sosial. Secara fisik, remaja memiliki kemampuan sebagai orang dewasa. Namun, secara mental, emosional, dan sosial, ia belum mendapatkan hak menggunakan kemampuannya. 

Pelaku tawuran dan Karakteristiknya


Jika dilihat dari kelompok usia perkembangan manusia, pelaku tawuran mayoritas adah para remaja yang statusnya sebagai pelajar yang sedang menjalankan tugas belajar baik di SMP maupun SMA. Remaja secara harfiah didefinisikan dari istilah bahasa Latin adolescentia yang artinya tumbuh atau “tumbuh menjadi dewasa”. Batasan usia remaja yang umum digunakan para ahli adalah antara umur 13 hingga 18-20 tahun. 

Masa remaja adalah periode “badai dan tekanan”, yaitu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Ketidakstabilan emosi mucul karena dampak dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial baru, semisal masalah asmara. Secara psikologis, remaja juga berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana ia tidak lagi merasa dibawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan berada pada tingkatan yang sama, setidaknya dalam masalah hak. 

Remaja dianggap tidak pantas berkelakuan seperti anak-anak, tetapi mereka pun belum memiliki hak dan kesempatan seperti orang dewasa. Hal ini menyebabkan gejolak emosi yang dapat menimbulkan masalah, tidak saja bagi remaja sendiri, tetapi juga bagi orang lain yang menghadapinya. Oleh karena itu, remaja sangat peka terhadap stres, frustasi dan konflik. Beberapa ciri kepribadian remaja adalah sebagai berikut:

a.    Ingin tahu dan senang pada hal-hal yang mengandung bahaya

Rasa ingin tahu menyebabkan remaja melakukan berbagai percobaan atau eksperimen. Kesempatan untuk keluar rumah, memungkinkan remaja menemukan hal-hal baru. Namun, eksperimen selalu disertai dengan bahaya dan tanggung jawab. Apakah remaja memiliki identitas positif atau negatif, bergantung pada keberhasilan eksperimennnya serta rasa tanggung jawab dan nilai-nilai yang dianutnya. Disini faktor pengendalian diri pada remaja sangat penting. Pengendalian diri adalah kemampuan remaja untuk menyesuaikan diri dengan norma atau aturan yang berlaku pada keluarga, sekolah, dan masyarakat.

 

Orang tua, guru, dan orang dewasa lain harus dapat menjadi panutan bagi anak muda. Dengan panutan yang jelas, remaja mempunyai nilai-nilai yang jelas sehingga tidak mudah terpengaruh hal-hal negatif dan berbahaya, dan dapat mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapinya.

 

b.    Perilaku yang tidak stabil dan berubah-ubah

Pada waktu tertentu remaja tampak bertanggung jawab dan pada waktu lain tampak masa bodoh. Hal ini menunjukkan bahwa didalam diri remaja terdapat konflik yang mendalam, yang membutuhkan pengertian dan penanggulangan secara bijaksana.

 

Sifat-sifat remaja itu berangsur-angsur berkurang sejalan dengan kematangan kepribadiannya. Jika ia berhasil mengatasi konflik, remaja akan menjadi dewasa. Dewasa berarti memiliki jati diri yang mantap, emosi yang stabil dan bertanggung jawab. Artinya kejiwaan yang sehat, selaras, dan seimbang.

 

Tidak berarti bahwa orang dewasa secara jasmani telah memiliki kondisi kejiwaan yang sehat dan dewasa. Kita lihat banyak orang dewasa dengan perilaku kekanak-kanakan atau remaja. Oleh karena itu, banyak pula masalah yang timbul dalam hubungan dengan sesamanya, pekerjaan, atau kehidupan perkawinannya. Ciri-ciri orang yang dewasa jiwanya adalah kondisi kejiwaan yang stabil atau sehat, memiliki pedoman hidup yang jelas, dan bertanggung jawab.

 

c.      Setia kawan dengan kelompok sebaya

Remaja merasa ada keterikatan atau kebersamaan dengan kelompok sebaya. Ada kebudayaan remaja, yaitu kesamaan dalam cara berpakaian, berbicara, bahasa, hobi, serta sikap dan perilaku. Remaja tidak mau berbeda dengan kelompok sebaya sebab ingin diterima dan diakui oleh kelompoknya.

 

Kelompok sebaya berperan penting sebagai teman senasib atau saingan. Melalui kehidupan kelompok, remaja dapat berperan, bereksperimen, dan mengekspresikan dirinya. Ia diterima dalam segala bentuk keberhasilan dan kegagalan. Apalagi, jika orang tua tidak menerima keberadaan anak.

 

Jika kelompok sebaya memiliki nilai positif, perkembangan remaja pun positif. Jika tidak, remaja akan terjerumus pada berbagai perbuatan berbahaya dan tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, remaja harus mampu memilih dan memutuskan nilai-nilai yang baik dan positif bagi dirinya demi masa depannya.

 

d.     Menentang otoritas

Otoritas adalah kekuasaan, yaitu orang, lembaga, atau sistem yang mengatur dan memerintah. Misalnya orang tua, kepala sekolah, guru, pemimpin, dan pemerintah.

Remaja cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup orang tuanya dan menjauhkan diri dari keterikatan dengan orang tua. Mereka mengagumi tokoh diluar keluarganya, seperti guru, orang tua teman, tokoh masyarakat, selebritis, atau tokoh idola lain. Namun, remaja harus tetap menghormati orang tua dan otoritas agar dapat mengembangkan sikap dan perilaku yang dewasa.

 

Wujud pemberontakan antara lain, lari dari rumah, membangkang, tidak hormat kepada orang tua, mabuk-mabukan, dan ngebut. Tidak selalu pemberontakan itu berwujud perilaku agresif. Orang yang pasif dan pendiam belum tentu tidak memberontak. Pemberontakan dapat juga terpendam sehingga tidak tampak dari luar. Itulah diantara sifat-sifat remaja yang rentan terpengaruh terhadap nilai-nilai luar yang ada. 

Dalil mengenai Tawuran antarpelajar


Tawuran antar pelajar sering kali berawal dari saling ejek ataupun saling curiga. Al Qur’an telah memberikan rambu-rabu untuk tidak saling mengolok-olok, menghina, mengejek, atau bahkan yang lebih parah lagi adalah berkelahi, karena perbuatan ini membawa konflik dan permusuhan sebagaimana Q.S. al-Hujurat/49 : 11 berikut:


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا


 مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ


 الظّٰلِمُوْنَ ١١

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S al- Hujurat/49 : 11).

Ayat di atas memberikan beberapa petunjuk tentang beberapa hal yang menjadi pemicu perkelahian, yaitu saling melemahkan dengan berbagai upaya, mengolok-olok, mencela, maupun memberi gelar yang buruk. Realita ini terlihat jelas melalui media sosial sebagai penyedia jasa yang penyampaiannya secara efektif yang mampu menjangkau berbagai penjuru dunia. Hal inilah yang menjadi ancaman, penghancur moral, perkelahian karena pemanfaatannya yang salah. Semua ini tentunya menggugah keprihatinan kita tentang bagaimana generasi muda Indonesia ini harus menghilangkan kebiasaan buruk.

4 Responses to "Tawuran Antar Pelajar"

  1. Siip lah artikelnya....cucok unt pelajar ....

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas artikelnya

    BalasHapus
  3. ok, siip artikelnya

    BalasHapus
  4. Harapan kita bisa mengurangi perkelahian antar pelajar

    BalasHapus

Recent Posts